Budidaya Belut di Sawah: Menguntungkan dan Menjanjikan

Budidaya Belut di Sawah, Alternatif Peningkatan Ekonomi dan Produksi Masyarakat Desa

Salam untuk Sobat Desa yang Budiman

Sawah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berpotensi untuk dikembangkan oleh masyarakat desa. Selama ini, mayarakat desa memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sawah sebagai lahan pertanian produktif untuk menunjang kebutuhan hidup. Namun, selain digunakan sebagai lahan pertanian, sawah juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya belut.

Budidaya belut di sawah dapat menjadi alternatif peningkatan ekonomi dan produksi masyarakat desa. Selain itu, belut juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi di pasaran, sehingga potensi pemasaran produknya sangat menjanjikan. Belut ini juga dikenal sebagai produk unggulan dari daerah, sehingga dapat mendatangkan ekonomi yang cukup signifikan bagi masyarakat.

Tidak hanya itu, budidaya belut di sawah juga memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat meningkatkan ekosistem sawah, dapat mengurangi penggunaan pestisida dan fungisida, serta dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat desa. Dengan melakukan budidaya belut di sawah, masyarakat desa juga turut berperan dalam mempertahankan keberlangsungan lingkungan yang sehat dan produktif.

Namun, sebelum melakukan budidaya belut di sawah, masyarakat desa perlu memperhatikan beberapa faktor penting seperti pemilihan bibit yang baik, perawatan yang tepat, serta penguasaan teknologi budidaya belut yang baik dan benar. Dengan demikian, diharapkan budidaya belut di sawah dapat terus berkembang dan dapat memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat desa.

Latar Belakang: Budidaya Belut di Sawah

Budidaya belut atau eel farming merupakan salah satu usaha peternakan yang banyak dilakukan di Indonesia. Belut merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dapat tumbuh dan berkembang biak di berbagai jenis perairan. Saat ini, budidaya belut kian banyak dilakukan di sawah oleh petani sebagai salah satu alternatif pemanfaatan lahan yang menguntungkan.

Budidaya belut di sawah memiliki banyak keuntungan, antara lain karena sawah memiliki air yang cukup untuk kebutuhan belut, sehingga dapat mengurangi penggunaan air dari sumber lain. Selain itu, belut juga dapat membantu mengontrol hama di sawah seperti tikus dan ulat. Budidaya belut di sawah menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi, seperti daging belut dan kulit belut yang dapat dijual di pasar lokal maupun internasional.

Budidaya belut di sawah juga dapat membantu meningkatkan pendapatan petani, terutama di musim penghujan ketika biasanya lahan sawah tidak dapat digunakan untuk tanaman padi. Dengan budidaya belut, petani dapat memanfaatkan lahan sawah secara maksimal sehingga dapat membantu mengurangi angka kemiskinan di daerah pedesaan.

Namun, budidaya belut di sawah juga memiliki beberapa tantangan, seperti perawatan yang intensif dan pengendalian penyakit. Oleh karena itu, petani yang ingin terjun dalam bisnis budidaya belut di sawah harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik serta kesabaran dan ketelitian dalam merawat belut.

Dalam menjalankan budidaya belut di sawah, petani perlu melakukan pemilihan bibit yang baik, membuat kolam yang sesuai dengan kebutuhan belut, memberikan pakan yang cukup, dan melakukan pemantauan terhadap kondisi belut secara berkala. Dengan melakukan semua hal tersebut, diharapkan budidaya belut di sawah dapat menjadi salah satu alternatif usaha yang menguntungkan bagi petani di Indonesia.

Penjelasan tentang Budidaya Belut di Sawah

Budidaya belut di sawah merupakan salah satu usaha pertanian yang menjanjikan keuntungan. Belut dikenal sebagai bahan makanan yang memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi serta mengandung omega-3. Selain itu, belut juga dianggap sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit seperti asma dan rematik.

Proses budidaya belut diawali dari pemilihan bibit belut yang baik. Bibit belut biasanya berasal dari alam, namun saat ini sudah tersedia bibit yang dihasilkan melalui pembiakan buatan. Setelah mendapatkan bibit yang baik, langkah berikutnya adalah menyediakan tempat untuk proses pemeliharaan belut.

Sawah yang tergenang air dapat dijadikan tempat untuk memelihara belut. Namun, sebelum memasukkan bibit belut, sawah tersebut harus diratakan dan dibuat lubang-lubang kecil sebagai tempat untuk bibit belut. Bibit belut kemudian ditempatkan pada lubang tersebut dan dicampur dengan pakan berupa cacing tanah atau ikan kecil.

Proses pemeliharaan belut dilakukan selama kurang lebih empat bulan. Pada saat panen, air sawah tersebut dikeringkan dan belut diambil dari dalam lubang-lubang tersebut. Belut yang telah dipanen kemudian dijual ke pasar atau langsung diolah untuk dikonsumsi.

Dalam proses budidaya belut di sawah, perlu dilakukan pemeliharaan yang baik agar belut dapat tumbuh dengan optimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain pemberian pakan yang cukup, sirkulasi air yang baik, serta pengendalian hama dan penyakit. Dengan melakukan budidaya belut di sawah secara benar, maka dapat meningkatkan hasil panen dan keuntungan bagi para petani.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Budidaya Belut di Sawah

Budidaya belut merupakan salah satu bisnis yang menjanjikan di Indonesia, terutama bagi petani yang memiliki lahan sawah. Dalam budidaya belut, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil yang dicapai oleh para petani tersebut.

Read more:

Salah satu faktornya adalah suhu. Belut adalah hewan yang membutuhkan suhu yang stabil agar dapat bertumbuh dengan baik. Suhu optimum untuk budidaya belut antara 28-32°C. Jika suhu terlalu rendah, belut akan merasa kedinginan dan pertumbuhannya akan terhambat.

Selain suhu, faktor lainnya adalah kualitas air. Belut sangat membutuhkan air yang bersih dan mengandung oksigen tinggi. Jika kualitas air kurang baik, maka belut tidak akan tumbuh dengan baik dan dapat terkena penyakit.

Faktor selanjutnya adalah kualitas pakan. Belut adalah jenis ikan yang rakus, sehingga membutuhkan pakan yang cukup untuk tumbuh dengan baik. Kualitas pakan tersebut juga haruslah baik dan mencukupi kebutuhan belut, agar dapat tumbuh dengan baik.

Terakhir, faktor pencahayaan juga dapat mempengaruhi hasil budidaya belut di sawah. Belut membutuhkan sinar matahari untuk dapat tumbuh dengan baik. Pencahayaan yang cukup juga dapat mencegah pertumbuhan alga dan jamur yang dapat merusak kualitas air.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, petani dapat melaksanakan budidaya belut dengan baik dan menghasilkan belut yang sehat dan berkualitas tinggi. Dengan demikian, bisnis budidaya belut dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan bagi para petani di Indonesia.

Persiapan Lahan atau Wadah: Budidaya Belut di Sawah

Budidaya belut di sawah merupakan salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan, terutama bagi petani di daerah pedesaan. Namun, sebelum memulai budidaya belut di sawah, diperlukan persiapan lahan atau wadah yang tepat agar hasil produksi bisa maksimal.

Pertama-tama, pastikan bahwa lahan atau wadah yang akan digunakan untuk budidaya belut sudah bersih dari segala jenis gulma dan tanaman yang tidak diinginkan. Selanjutnya, pastikan bahwa lahan atau wadah tersebut memiliki kedalaman minimal 25 cm dan tergenang air dengan kedalaman minimal 15-20 cm agar belut bisa hidup dengan optimal.

Setelah itu, lakukan pengolahan lahan dengan cara menyiangi gulma dan sampah organik lainnya, lalu siram dengan air dan biarkan selama satu hari hingga air menjadi keruh. Kemudian, gali lubang-lubang dengan ukuran 50x50x30 cm dengan jarak antar lubang sekitar 50 cm untuk menampung bibit belut.

Jangan lupa pula untuk memberi pakan tambahan seperti pelet udang atau ikan setiap 2-3 hari sekali untuk meningkatkan pertumbuhan belut. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air dan kebersihan wadah agar belut tetap sehat dan produktif.

Dengan melakukan persiapan lahan atau wadah yang tepat, budidaya belut di sawah bisa menjadi usaha yang menguntungkan dan terus berkelanjutan bagi petani di daerah pedesaan.

Pemilihan Bibit atau Benih: Budidaya Belut di Sawah

Pengenalan

Budidaya belut di sawah merupakan salah satu jenis usaha pertanian yang banyak dilakukan di Indonesia. Untuk memulai budidaya belut, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pemilihan bibit atau benih yang baik dan berkualitas. Pemilihan bibit atau benih yang salah dapat mengakibatkan produksi belut yang rendah bahkan gagal panen.

Kriteria Pemilihan Bibit atau Benih

Bibit atau benih yang baik dan berkualitas memiliki beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh para petani. Pertama, bibit atau benih harus berasal dari sumber yang terpercaya dan sudah teruji kualitasnya. Kedua, bibit atau benih harus bebas dari penyakit dan hama serta memiliki pertumbuhan yang sehat. Ketiga, bibit atau benih harus memiliki ukuran dan warna yang seragam untuk memastikan keseragaman produksi.

Teknik Pemilihan Bibit atau Benih

Teknik pemilihan bibit atau benih dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, petani dapat memilih bibit atau benih secara manual dengan memperhatikan kriteria kualitas. Kedua, petani dapat memilih bibit atau benih secara acak dengan resiko memiliki bibit atau benih yang tidak berkualitas. Ketiga, petani dapat memilih bibit atau benih melalui prosedur seleksi yang rumit namun dapat meningkatkan peluang sukses pada produksi belut.

Pemilihan bibit atau benih yang baik sangat penting dalam budidaya belut di sawah. Para petani harus memperhatikan kriteria pemilihan bibit atau benih agar dapat menghasilkan produksi belut yang optimal. Dengan pemilihan bibit atau benih yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan dalam usaha budidaya belut di sawah.

Pembibitan Budidaya Belut di Sawah

Pembibitan belut di sawah merupakan tahap awal dalam budidaya belut. Proses pembibitan yang baik akan memberikan hasil panen yang optimal. Penyemaian belut dapat dilakukan dengan dua cara yakni menggunakan bibit belut yang berasal dari peternak atau menangkap belut liar untuk dijadikan bibit pembibitan.

Cara pertama untuk pembibitan menggunakan belut jantan dewasa dengan umur minimal 6 bulan dan betina dewasa dengan umur minimal 8 bulan. Belut jantan dan betina tersebut digabungkan dalam wadah khusus bagiannya kemudian air dalam wadah tersebut ditambahkan dengan larutan garam esensial dan multivitamin selama 3-4 jam. Setelah itu, air dalam wadah tersebut diganti dengan air bersih dan biarkan berenang dalam waktu hingga delapan jam.

Cara kedua adalah dengan menangkap belut liar yang biasanya hidup di tepi sawah. Belut liar yang telah ditangkap kemudian dicuci dan disimpan dalam wadah khusus selama beberapa hari. Air dalam wadah tersebut berguna untuk menambah volume air dalam kolam budidaya belut.

Setelah proses pemilihan bibit belut, selanjutnya adalah mempersiapkan kolam pembibitan. Kolam yang digunakan sebagai tempat pembibitan harus berukuran 1 x 1 meter dan kedalaman 20 cm. Pada saat proses pembibitan, air dalam kolam harus dalam keadaan stabil dan tidak tercampur dengan lumpur atau bahan lain yang dapat membahayakan bibit belut.

Pada tahap ini, seluruh bibit belut yang telah dipersiapkan tadi di-bagging atau diikat dengan kain yang bersih dalam jumlah tertentu dan diletakkan di kolam tersebut. Bibit belut harus terus diamati selama beberapa hari untuk mengetahui keadaannya dan melakukan pembersihan kolam secara rutin. Setelah beberapa bulan, belut bisa dipindahkan ke kolam pembesaran untuk diambil untungnya.

Demikianlah tahap pembibitan atau penyemaian budidaya belut di sawah. Dibutuhkan perhatian dan ketekunan untuk menghasilkan bibit belut yang berkualitas sehingga menghasilkan panen yang optimal.

Perawatan: Budidaya Belut di Sawah

Pendahuluan

Budidaya belut di sawah merupakan salah satu jenis pengembangan bisnis pertanian yang berpotensi menguntungkan dan gampang dilakukan. Belut merupakan ikan air tawar yang banyak diminati karenan rasanya yang enak dan kaya akan protein. Namun, budidaya belut di sawah memerlukan perawatan yang memadai untuk memperoleh hasil yang optimal.

Pemilihan Bibit Belut

Perawatan yang pertama dalam budidaya belut di sawah adalah memilih bibit belut yang berkualitas. Pastikan bibit yang digunakan dalam budidaya adalah bibit yang sehat dan bebas dari penyakit. Pilih bibit yang berasal dari peternakan belut yang terpercaya untuk memperkecil risiko bibit yang tidak baik.

Persiapan Kolam

Langkah selanjutnya dalam budidaya belut di sawah adalah persiapan kolam. Kolam yang digunakan dalam budidaya belut harus memenuhi beberapa persyaratan yang baik seperti memiliki tingkat keasaman yang sesuai dengan kebutuhan belut, sistem drainase yang baik, dan mempertimbangkan ketinggian dari air yang ditempatkan. Pastikan kolam yang digunakan dalam budidaya belut selalu bersih untuk memperoleh hasil yang optimal.

Perawatan Belut

Perawatan belut ini termasuk dalam budidaya belut di sawah yang paling penting. Belut yang sehat, akan berdampak pada produktivitas belut. Pada tahapan ini, pastikan belut terhindar dari penyakit seperti kolera dan infeksi jamur. Pengaturan pakan juga perlu diperhatikan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan belut secara optimal.

Budidaya belut di sawah memerlukan perawatan yang baik, namun penghasilan yang didapat sangat menguntungkan. Memilih bibit belut yang berkualitas, persiapan kolam yang baik, dan perawatan belut yang memadai sangat penting dalam budidaya belut di sawah. Dengan demikian, hasil yang optimal dapat diperoleh dan keuntungan untuk bisnis budidaya belut di sawah pun akan meningkat.

Pengendalian Hama dan Penyakit dalam Budidaya Belut di Sawah

Budidaya belut semakin populer di Indonesia karena tingginya permintaan dari pasar lokal maupun ekspor. Namun, budidaya belut tidak terlepas dari ancaman serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit menjadi hal yang sangat penting dalam budidaya belut di sawah.

Salah satu hama penting pada budidaya belut di sawah adalah siput sawah. Siput sawah dapat merusak tanaman belut dan memakan dedaunan dan pelepah tanaman. Untuk mengendalikan hama ini, pembersihan lahan menjadi sangat penting. Pastikan tanaman yang sudah dipanen segera dibersihkan dari lahan untuk mengurangi tempat persembunyian siput. Penggunaan insektisida dapat dilakukan jika populasi siput sudah sangat tinggi.

Selain siput sawah, belut juga rentan terhadap serangan penyakit seperti bakteri Aeromonas hydrophila dan virus biru atau Iridovirus. Sayangnya, belum ada vaksin yang tersedia untuk melawan kedua penyakit ini. Oleh karena itu, pencegahan menjadi sangat penting. Pastikan air yang digunakan untuk budidaya sudah bersih dan bebas dari kontaminan bakteri dan virus. Pemeliharaan kebersihan kolam dan peralatan budidaya juga sangat penting.

Selain itu, penyemprotan larutan antiseptik dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit di antara belut. Jika salah satu belut terinfeksi penyakit, segera isolasi dan berikan perawatan khusus untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit ke belut yang lain. Pemberian imunostimulan dan probiotik pada belut juga dapat membantu memperkuat sistem imun dan mencegah infeksi bakteri dan virus.

Dalam mengendalikan hama dan penyakit pada budidaya belut, peran petani sangat penting. Tingginya kesadaran akan pentingnya pengendalian hama dan penyakit pada budidaya belut serta upaya pencegahan penyakit serta penggunaan insektisida yang bijak dapat membantu menjaga kesehatan dan produktivitas budidaya belut di sawah.

Hasil panen dan Pascapanen: Budidaya Belut di Sawah

Pendahuluan

Budidaya belut di sawah merupakan salah satu jenis budidaya ikan dalam skala kecil yang semakin populer di Indonesia. Selain proses budidayanya yang mudah, keuntungan finansial yang didapatkan dari hasil panen belut yang cukup besar menjadi alasan utama mengapa banyak petani memilih budidaya belut di sawah.

Proses Budidaya Belut di Sawah

Proses budidaya belut di sawah dimulai dari pemilihan benih belut yang berkualitas. Kemudian, petani akan membuat kolam dengan menggunakan media untuk bertelur belut. Setelah itu, petani akan menyediakan pakan seperti udang atau ikan kecil untuk memberikan nutrisi yang diperlukan oleh belut. Selama masa budidaya, sawah harus dijaga agar tidak tercemar dan air kolam selalu terjaga kebersihannya.

Hasil Panen

Setelah 6-7 bulan masa budidaya, belut siap dipanen. Jumlah belut yang dihasilkan tergantung pada ukuran kolam dan jumlah benih belut yang ditebar. Rata-rata, petani dapat memperoleh 300-400 kg belut per hektar sawah setiap kali panen. Hasil panen belut dapat dikonsumsi langsung ataupun dijual ke pasar dengan harga yang menguntungkan.

Pascapanen

Setelah masa panen selesai, petani harus membersihkan kolam dari sisa-sisa pakan dan kotoran yang menumpuk. Air kolam juga harus diganti dan kolam harus dijemur agar terhindar dari penyakit. Selain itu, petani juga perlu mempersiapkan kolam untuk periode budidaya berikutnya.

Budidaya belut di sawah merupakan salah satu jenis budidaya yang menguntungkan dan mudah dilakukan. Namun, perawatan yang ketat dan ketelitian dalam memilih benih belut menjadi kunci keberhasilan dalam budidaya belut di sawah. Dengan perkembangan teknologi, proses budidaya belut di sawah semakin mudah dilakukan sehingga dapat memberikan keuntungan bagi petani.

Keuntungan dan Manfaat Budidaya Belut di Sawah

Belut atau eel adalah jenis ikan air tawar yang menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia. Selain memiliki cita rasa yang lezat, belut mengandung nutrisi yang baik untuk tubuh. Oleh karena itu, budidaya belut di sawah menjadi alternatif baru bagi para petani di Indonesia.

Berikut adalah beberapa keuntungan dan manfaat dari budidaya belut di sawah:

Pendapatan Tambahan

Penjual belut segar sangat dibutuhkan oleh para pedagang di pasar traditional maupun modern. Dengan melakukan budidaya belut di sawah, petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual belut segar yang dipanen dari wilayah persawahan mereka.

Meningkatkan Kesuburan Tanah

Budidaya belut di sawah ternyata juga memiliki manfaat yang bisa meningkatkan kesuburan tanah. Kebutuhan belut yang membutuhkan lahan yang lembap dan berair membuat penyemaian belut tidak bisa dilakukan dengan cara yang sembarangan. Sehingga membuat tanah menjadi lebih subur dan cocok bagi jenis tanaman lain seperti padi.

Cara Budidaya yang Mudah

Budidaya belut di sawah tidak memerlukan tempat yang luas dan peralatan yang sulit didapatkan. Petani bisa memanfaatkan lahan persawahan mereka dan membangun kolam belut dengan sejumlah spesifikasi tertentu. Selain itu, pakan belut juga cukup mudah didapatkan, yaitu dengan memberikan cacing dan makanan alami seperti kutu air.

Dalam waktu yang relatif singkat, belut bisa dipanen dan dijual ke para pembeli dengan harga yang menguntungkan. Oleh karena itu, budidaya belut di sawah bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi para petani.

Secara keseluruhan, budidaya belut di sawah memiliki banyak keuntungan dan manfaat baik bagi para petani maupun masyarakat luas. Selain bisa menjadi sumber penghasilan tambahan, budidaya belut juga bisa meningkatkan kesuburan tanah dan memberikan pilihan konsumsi ikan yang sehat bagi masyarakat.

Tantangan dan Kekurangan dari Budidaya Belut di Sawah

Budidaya belut di sawah menjadi alternatif usaha bagi petani di Indonesia, karena belut memiliki harga jual yang cukup tinggi. Namun, terdapat beberapa tantangan dan kekurangan dalam budidaya belut di sawah.

Tantangan pertama adalah pemilihan bibit belut yang tepat. Kualitas bibit belut yang buruk dapat menyebabkan kematian belut sebelum mencapai ukuran yang diinginkan. Selain itu, belut juga rentan terhadap serangan penyakit dan parasit, sehingga petani perlu memahami dan menerapkan teknik pemeliharaan yang baik untuk mencegah hal tersebut.

Kekurangan lain dari budidaya belut di sawah adalah biaya yang diperlukan untuk membangun kolam terpal dan sistem irigasi yang baik. Selain itu, pemeliharaan belut juga memerlukan biaya operasional yang cukup besar seperti pakan dan obat-obatan untuk mencegah serangan penyakit dan parasit.

Selain itu, faktor cuaca juga dapat menjadi tantangan dalam budidaya belut di sawah. Musim kemarau yang panjang dapat menyebabkan ketersediaan air yang kurang di sawah, sehingga harus ada sistem pengairan yang baik agar tumbuhnya belut dapat berjalan dengan baik.

Meski demikian, budidaya belut di sawah masih menjanjikan profit yang cukup besar jika dilakukan dengan baik dan terencana. Petani perlu memahami teknik pemeliharaan dan manajemen usaha dengan baik agar dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam kesimpulannya, budidaya belut di sawah memiliki tantangan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan oleh petani sebelum memulai usaha tersebut. Namun, jika dilakukan dengan baik dan terencana maka budidaya belut ini tetap menjadi salah satu alternatif usaha yang menjanjikan.

Kesimpulan: Budidaya Belut di Sawah, Menguntungkan dan Menjanjikan

Budidaya belut di sawah merupakan salah satu alternatif pengembangan usaha yang sangat menguntungkan. Selain bisa meningkatkan produktivitas lahan, belut juga menyimpan potensi keuntungan yang menjanjikan. Menarik bukan?

Proses pemeliharaan belut di sawah membutuhkan sedikit usaha dan perawatan, namun hasil yang didapatkan tidak main-main. Selain harga belut yang cukup tinggi, beragam produk olahan dari belut seperti sosis belut, abon belut, hingga keripik belut juga semakin diminati di pasaran.

Budidaya belut di sawah juga sangat ramah lingkungan, karena dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem di sawah. Selain itu, penambahan belut ke dalam sawah juga dapat meningkatkan kualitas tanah dan produktivitas tanaman yang ditanam di sekitarnya.

Mengembangkan usaha budidaya belut di sawah tentu membutuhkan tekad dan upaya yang keras. Namun, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, kesuksesan dan keuntungan bisa diraih dengan jelas.

Jadi, jangan ragu untuk mencoba dan mengembangkan usaha budidaya belut di sawah. Siapa tahu, Anda bisa menjadi pengusaha sukses yang menginspirasi banyak orang untuk memanfaatkan potensi alam secara bijak dan menguntungkan.

Terima kasih telah membaca, dan jangan lupa bagikan informasi ini kepada orang-orang terdekat Anda. Sampai jumpa kembali di artikel selanjutnya.

X CLOSE
Advertisements
X CLOSE
Advertisements