CT, Pohon Aren/Seho dan Tuur Maasering

Salah satu minuman lokal yang terkenal di Indonesia adalah Cap Tikus di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah (daerah lain menyebutnya Sopi, Tuak, dsb). Minuman ini dihasilkan dari pohon aren (di Sulawesi Utara menyebutnya Pohon Seho).

Sejarah panjang tentang mereka yang bisa menyekolahkan anak anaknya dari hasil penjualan minuman tradisional ini sering terdengar jika kita berada di sejumlah kampung penghasil minuman.

Di wilayah administratif Kota Tomohon, Sulawesi Utara, sejak Oktober 2020 ada sebuah tempat yang menawarkan wisata dibawah Pohon Seho, lengkap dengan proses pembuatan minuman tradisional, Namanya Tuur Maasering.

Jefry Polii pemilik dan penggagas tempat ini bercerita jika idenya berawal dari pengalaman menjadi aktivis mendampingi masyarakat bersama sosok lain yang juga saya kenal namun sudah meninggal beberapa bulan lalu. “Bapak kenal Rivai Lahamu di Palu, kami dulu sama-sama mengurus masyarakat. Itu no konsep disini adalah bagaimana menjaga kelestarian alam dan budaya, serta yang paling penting tempat ini ramah lingkungan dan menyerap hasil kerja para pekerja CT setiap pagi dan sore,” kata Jefry kepada rombongan kami.

Tuur Maasering dapat ditempuh kurang dari setengah jam dari Kota Tomohon. Dari cerita kawan-kawan, pintu masuk ke tempat itu bisa dari dua arah namun medannya tetap hampir serupa, berkelok menyusur punggungan bukit.

Sebuah gapura dengan pos pembelian tiket menyambut kehadiran warga yang berkunjung, “Tiket per orang 15 ribu rupiah, ini bisa ditukar dengan minuman selamat datang didalam.”

Lorong masuk yang sedikit menanjak diantara pohon pohon Seho mengantar kita pada sejumlah pondokl, tempat duduk dengan arsitektur yang terdiri dari bambu dan kayu. Banyak pilihan yang ditawarkan sampai pada undakan tertinggi, semuanya menawarkan spot pemotretan yang tidak mungkin dilewatkan.

Namun perhatian pengunjung biasanya langsung tertuju pada sebuah dandang yang terus menyala, tepat setelah kita selesai dari Lorong masuk. “Ini tempat penyulingan Cap Tikus, setelah itu dialirkan melalui bamboo, baputar keatas, kong turun lagi kesitu, tempat cap tikus ditampung. Welcome drinknya boleh no kalau mo langsung rasa,” kata salah satu anak muda yang menghampiri kami.

Jangan khawatir soal menu, karena Tuur Maasering bukan hanya menyajikan minuman tradisional, tapi juga memanjakan pengunjung dengan kopi, teh, dan aneka cemilan. Apalagi sejak kami datang ditempat ini, musik yang diperdengarkan adalah musik kulintang.

Lengkaplah sudah, menikmati minuman tradisional dalam wadah tempurung kelapa ukuran kecil (dalam Bahasa Tomohon disebut Uka), atau hangatnya kopi dan teh yang disajikan dengan pisang khas Sulawesi Utara diiringi musik Kolintang, dan cahaya yang dipantulkan lampu yang melingkari Pohon pohon Seho.

Oleh ; Ery Tamalagu

Stafsus ; Kementan RI

X CLOSE
Advertisements
X CLOSE
Advertisements

Satu pemikiran pada “CT, Pohon Aren/Seho dan Tuur Maasering”

  1. sangat keren, kretif dan menarik jika bercerita mengenai kearifan lokal dan pemberdayaan masyarakat di suatu destinasi yang unik dan inovatif. informasinya pun berkualitas dan menambah wawasan

    Balas

Tinggalkan komentar