“Kampung Si Kambang”, demikianlah julukan untuk Desa Jago Jago, sebuah desa di pantai barat pulau Sumatera, tepatnya berada di Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Menurut penuturan warga desa yang juga diaminkan oleh Kepala Desa, kesenian Si Kambang merupakan salah satu warisan asli penghuni awal Desa Jago Jago.
Kesenian ini sudah terkenal seantero Sumatera Utara, bahkan hampir setiap acara resmi pemerintah daerah selalu menampilkan acara Si Kambang. Pesta hajatan warga di wilayah Tapanuli Tengah dan sekitarnya pun akan selalu menyertakan kesenian ini.
Konon dulunya daerah ini merupakan tempat singgah para nelayan yang mencari ikan di perairan Tapanuli Tengah. Letaknya sangat strategis sehingga membuat makin banyak orang yang tinggal dan menetap di daerah ini.
Maka tidak mengherankan jika saat ini Desa Jago Jago, yang berpenduduk sekitar 2.026 jiwa/439 KK, dihuni oleh berbagai suku seperti Batak, Mandailing, Melayu, Jawa serta suku Nias. Tetapi meski demikian mereka bisa hidup rukun dan saling bahu-membahu memajukan desanya.
Seperti penduduk pesisir pada umumnya, sebagian warga desa masih mewarisi profesi leluhurnya sebagai nelayan. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang memilki keahlian membuat perahu kayu yang diperoleh secara turun-temurun.
Salah satu hal yang unik adalah dusun-dusun di desa ini terpisah oleh muara sungai dan hutan mangrove sehingga perahu motor tempel menjadi alat transportasi penting bagi warga desa.
Selain memiliki potensi sumber daya kelautan, Desa Jago Jago juga memiliki potensi dalam bidang perkebunan. Mengingat sebagian wilayah Desa Jago Jago (± 4.000 ha) adalah tanah kering maka warga banyak mempergunakan lahannya sebagai perkebunan karet dan sawit.
Desa ini juga diuntungkan dengan letaknya sehingga mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup bernilai secara ekonomi yaitu pasir urug. Diperkirakan sebanyak ±15.000 m 3 pasir urug menjadi aset utama desa dan diikelola oleh masyarakat desa untuk pemenuhan kebutuhan dan mendukung pembangunan.
Selain keberhasilan dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam yang berlimpah. Pengarusutamaan Gender juga telah merambah hingga desa ini, terbukti sejak tahun 2013 amanah sebagai Kepala Desa (Kades) Jago diemban oleh seorang wanita yang berpendidikan tinggi, Ibu Laili Fitri Purba, S.E. merupakan Kades ke-11 dan Kades Wanita pertama di desa ini.
Tangan dingin wanita ini telah meningkatkan kesejahteraan rakyatnya sekaligus mengantarkan desa ini menjadi desa yang patut menjadi desa percontohan di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Desa Jago Jago telah mendapatkan Dana Desa sejak tahun 2015 dengan nilai sebesar Rp 279 juta. Jumlah tersebut sepenuhnya dialokasikan untuk kegiatan fisik yaitu perbaikan saluran air.
Selanjutnya pada tahun 2016 ada peningkatan jumlah Dana Desa menjadi Rp 621 juta. Berbeda dengan tahun sebelumnya, selain untuk perbaikan infrastruktur desa berupa perbaikan jalan desa yang memang sangat diharapkan oleh penduduk desa, Dana Desa juga dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat.
Perlu diketahui juga bahwa hingga saat ini Desa Jago Jago masih mengandalkan pendapatan dari Alokasi Dana Desa (APBD) serta dana transfer dari APBN berupa Dana Desa. Seiring dengan perubahan kebijakan pemerintah pusat mengenai Dana Desa, maka di tahun 2017 pendapatan berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 107 juta dan Dana Desa sebesar Rp 794,9 juta.
Dalam laporan keuangan desa dirincikan belanja desa digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal sebesar Rp868 juta. Belanja desa tersebut digunakan untuk program/kegiatan Penyelenggaraan Pemerintah Desa sebesar Rp 107 juta (Alokasi Dana Desa), Pelaksanaan Pembangunan Desa sebesar Rp 638,8 juta (Dana Desa) dan Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp 122 juta (Dana Desa).
Belanja pada bidang penyelenggaraan pemerintah desa digunakan untuk pembayaran penghasilan tetap dan tunjangan, kegiatan operasional kantor desa, operasional BPD, dan perencanaan pembangunan desa. Belanja pada bidang pelaksanaan pembangunan desa digunakan untuk kegiatan pembangunan jalan desa dan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.
Belanja pada bidang pemberdayaan masyarakat digunakan untuk kegiatan bimbingan teknis Sistem Keuangan Desa, pelatihan dan pendidikan formal, pengembangan sistem administrasi dan keuangan, pemberdayaan lembaga adat, dan penyuluhan hukum dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Atas kepedulian terhadap warisan budaya nenek moyang, Ibu Kades yang masih muda tapi visoner ini membuat program menggalakkan serta menghidupkan kembali “Si Kambang” mengingat kesenian asli kebanggaan Desa Jago Jago hampir punah di daerahnya sendiri dan anak-anak muda mulai kurang mengenalnya. Atas kesepakatan dengan warga mulai tahun 2017 dialokasikanlah dana desa 2017 untuk penyelenggaraan pelatihan kesenian ini.
Menurut penuturan beliau, selain untuk melestarikan budaya lokal, “Si Kambang” juga bernilai ekonomi. Banyak pesta hajatan yang bersifat pribadi sampai acara resmi pemerintah maupun swasta
menggunakan jasa mereka dengan imbalan tertentu.
Wanita adalah tiang negara, jika wanita baik maka negara itu akan baik. Frasa ini rupanya yang mendasari Ibu Kades untuk melakukan gebrakan berikutnya. Dalam pandangan beliau sangat perlu meningkatkan produktivitas warga desa khususnya wanita yang selama ini terlihat punya banyak waktu luang, maka didatangkanlah pelatih menjahit.
Rupanya gayung bersambut, hampir semua kaum ibu dan remaja putri antusias untuk mengikutinya. Namun bukan perjuangan jika tanpa halangan, keterbatasan dana dan tenaga pelatih merupakan
hambatan yang harus diatasinya. Keterbatasan itu menyebabkan belum semua ibu-ibu dan remaja putri yang potensial di desa ini bisa diikutkan dalam program pelatihan ini. Pembelian beberapa unit mesin jahit dan honor pelatih dialokasikan dari dana desa 2017.
Tidak perlu menunggu waktu lama, dampak dari pemberdayaan ini langsung nampak. Kelompok penjahit sudah mulai mendapat order menjahit seragam sekolah dan seragam organisasi kepemudaan. Prestasi yang sangat membanggakan, awal yang baik bagi pemberdayaan perempuan dan keberhasilan Dana Desa.
Ternyata tidak berhenti sampai di situ, beliau mengusulkan kepada warga untuk pengadaan akan “ambulan desa”. Selama ini warga desa yang tinggal di empat dusun yang saling terpisah dengan air harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk transportasi jika ada yang sakit dan atau meninggal dunia. Hal tersebut menjadikan kebutuhan akan ambulan dipandang sebagai suatu kebutuhan yang sangat mendasar.
Jangan dibayangkan mobil ambulan warna putih dengan lampu sirine di atas, sekali lagi bukan. Sebagai desa yang wilayah antardusunnya terpisah oleh air, maka kapal motor tempel adalah “ambulan desa” yang sangat mereka butuhkan. Kapal motor inilah sarana terpenting bagi warga yang akan bepergian ke dusun atau desa lainnya.
Apalagi bagi warga yang sakit atau meninggal dunia keberadaan “ambulan desa” ini sangat membantu. Untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit harus menggunakan ambulan ini terlebih dulu sebelum berganti angkutan darat. Begitu juga warga desa yang meninggal dunia harus menggunakan ambulan ini untuk bisa sampai ke pemakaman umum yang ada di pulau tersendiri.
Dengan dana dari alokasi dana desa 2017, saat ini “ambulan desa” masih dalam tahap penyelesaian dan diharapkan akhir tahun sudah bisa dimanfaatkan warga.
Rupanya prestasi-prestasi di atas mendapat penilaian tersendiri dari Pemprov. Sumatera Utara sehingga Desa Jago Jago di tahun 2017 ini ditetapkan sebagai salah satu dari dua desa unggulan dan mendapatkan dana Program Bangdes Maju yaitu Desa Binaan Mandiri Terpadu.
Ibu Kades juga sangat ingin desanya mempunyai pendapatan asli desa, maka saat ini sedang dirancang pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kelompok kesenian Si Kambang, kelompok penjahit, serta ambulan desa diharapkan dapat mendatangkan pendapatan bagi BUMDes kelak.
Leadership dan keberanian untuk menginisiasi gebrakan-gebrakan dalam peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat menjadi kunci Desa Jago Jago dalam kesuksesan pengelolaan Dana Desanya. Ibu Laili Fitri, Kepala Desa Jago Jago, layak dijadikan contoh bagaimana sebagai pemimpin beliau mendorong usaha pengarusutamaan gender, bagaimana memaksimalkan potensi perempuan dalam membangun desa.