Masih kurangnya pengetahuan serta mitos yang salah tentang ASI menjadi salah satu penyebab minimnya pemberian ASI Eksklusif di Desa Bedingin. Desa Bedingin merupakan desa di Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.
Diakui Suyitno selaku Sekretaris Desa Bedingin bahwa semula kondisi kesehatan masyarakat Desa Bedingin masih sangat kurang. “Melihat dari kondisi warga kita khususnya anak-anak itu masih kurang dalam kesehatan, termasuk dari segi gizi,” terangnya.
Nama Inovasi | Serifikasi ASI |
Pengelola | Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA) |
Alamat | Desa Bedingin, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur |
Kontak | Sri Kaeni (Bidan) |
Telepon | +62 813-3034-1288 |
Melalui Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA), kader ‘Aisyiyah bekerjasama dengan bidan desa melakukan edukasi dan kegiatan konsultasi tentang kesehatan reproduksi dan kesehatan anak, seperti ASI, gizi ibu dan anak, deteksi dini kanker, dsb yang masih menjadi masalah kesehatan di desa.
Anggota BSA yang terdiri dari perempuan usia subur pun antusias mengikuti kegiatan BSA, karena mereka mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak serta dapat berkonsultasi kepada kader maupun bidan.
Salah satu hal yang masih minim dilakukan oleh masyarakat Desa Bedingin adalah pemberian ASI eksklusif. Hal ini juga diamini oleh Kepala UPT Puskesmas Sugio, Ahmad Sujiono. “Kadang-kadang pemahaman kuno masih bertahan sehingga yang ingin melakukan ASI eksklusif itu terhalang bukan oleh dirinya sendiri tapi oleh keluarganya, mbahnya, ibunya,” ujarnya.
Melihat hal tersebut, kader BSA dan Bidan Desa Sri Kaeni berinisiatif melakukan edukasi yang lebih intensif kepada perempuan hamil dan keluarga dengan ibu hamil atau menyusui.
Bidan lulusan D4 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri, Jawa Timur kelahiran 13 Mei 1975 ini dengan tekun melakukan edukasi hingga mendatangi rumah ibu yang telah melahirkan dan menyusui. Kunjungan tersebut dimaksudkannya untuk memastikan kesehatan ibu bersalin dan diberikannya ASI secara eksklusif pada bayinya.
Ia memberikan edukasi bukan hanya kepada para ibu tetapi juga kepada keluarga agar mereka ikut mendukung keberhasilan ASI Eksklusif pada bayi. Usaha meyakinkan keluarga seperti suami dan nenek untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif menurut Bidan Kaeni memiliki peran penting untuk mendukung keberhasilan ASI.
Selain itu, kader dan bidan desa juga berinisiatif membentuk dan mengaktifkan Kelompok Pendukung ASI (KP ASI) Desa Bedingin. Kelompok tersebut terbagi dalam dua kelas, yakni program kelas hamil dan program kelas menyusui.
Pada kelas hamil, ibu hamil diajak untuk senam hamil, gizi ibu hamil, dan edukasi mempersiapkan pemberian ASI. Sedangkan pada kelas menyusui, ibu menyusui diajak untuk selalu memberikan ASI Eksklusif dan perawatan pasca persalinan.
Selain ibu hamil dan menyusui, kelompok pendukung ASI juga menggandeng tokoh masyarakat, tokoh agama, suami, dan nenek untuk memberikan dukungan pemberian ASI.
Menurut Sri Kaeni, pemberian ASI Eksklusif membutuhkan komitmen dan perjuangan, sehingga kader dan bidan bersepakat untuk memberikan apresiasi kepada ibu dan anak berhasil lolos ASI Eksklusif, berupa pemberian sertifikat ASI.
Dari Pemberian sertifikat ASI Eksklusif yang dilakukan oleh bidan desa bekerjasama dengan ‘Aisyiyah ini diharapkan para ibu yang hamil dan menyusui lainnya bisa termotivasi untuk selalu memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. “Dengan begitu masyarakat akan semakin sadar bahwa ASI Eksklusif sangat penting untuk bayi,” papar Bidan Kaeni.
Para ibu yang mendapat sertifikat ASI pun sangat senang menerimanya. Tak jarang di beberapa rumah sertifikat ASI tersebut dipasang dalam figura dan dipajang di rumah mereka.
Ahmad Sujiono selaku Ka UPT Puskesmas Sugio berpendapat bahwa meningkatkan kesehatan masyarakat diperlukan pendekatan personal dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran mereka sendiri akan pentingnya kesehatan. “Dengan sentuhan-sentuhan langsung oleh kader dan bidan desa setempat mereka merasa diperhatikan dan lebih mau,” ujarnya.
Bidan Sri Kaeni, menurutnya merupakan salah satu bidan yang diandalkan di desa untuk melakukan secara intensif pendampingan ASI eksklusif. “Bidan Sri selain bergerak juga dibantu kader-kader ‘Aisyiyah di desa setempat untuk mendampingi dan melakukan edukasi kepada masyarakat.”
Suri Putri dan Hajar NS, Pengelola Program MAMPU ‘Aisyiyah